Pernikahan adalah sebuah perjanjian yang agung antara seorang pria dan wanita. Allah Ta’ala menyatakannya dalam al-Qur’an sebagai perjanjian yang kuat, mitsaqan ghalizha.
Sebuah pernikahan hanya akan berarti apabila dilandasi oleh dasar saling cinta dan berniat menjalankan sunnah rasul. Pernikahan dalam Islam tidak bermakna apabila hanya didasari oleh keinginan hawa nafsu, nafsu karena melihat kecantikan, nafsu melihat kekayaan, pangkat, jabatan dan status sosial. Sekalipun hal itu merupakan hiasan namun dalam hal memilih jodoh Nabi berpesan agar menomorsatukan agamanya, niscaya kita akan merasa tenang dan bahagia karenanya.
Dalam ajaran Islam, pernikahan mengandung beberapa tujuan. Diantaranya pernikahan adalah melaksanakan sekaligus menghidupkan sunnah rasul. Kata Nabi Shalallahu ‘alaihi wa salam, "Nikah itu sunnahku barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku maka ia bukanlah golonganku". Menikah juga merupakan penyempurnaan pengamalan kita dalam beragama. Nabi pernah menyatakan bahwa menikah adalah setengah melaksanakan agama.
Sering saya mendapati tulisan dalam sebuah blog yang berbicara masalah pernikahan. Bagaimana mereka bercerita tentang indahnya saat mereka menikah, tetapi banyak juga yang sedih karena memikirkan kapan dia akan menikah. Seperti beberapa hari lalu, saya mendapati tulisan seorang akhwat yang bingung saat ditanya ortunya kapan ia akan menikah?
Selain karena belum adanya orang yang akan meminangnya, dia juga pernah terluka hatinya. Sehingga mungkin membuatnya sedikit trauma. Tetapi apakah dengan demikian membuat kita menjadi enggan dan takut untuk menikah...?
Saya kira tidaklah demikian. Kita tidak boleh berputus asa hanya karena telah mengalami sedikit masalah yang telah menyakitkan hati kita. Qodar Allah siapa yang tahu? Berdoalah kepada Allah agar Dia memberikan petunjuk dan sesuatu yang terbaik bagi kita. Jika mungkin tidak diberikan oleh-Nya di dunia ini, pasti sudah disediakan yang jauh lebih baik di akhirat nanti. Bisa jadi yang kemarin kita anggap sesuatu yang terbaik bagi kita dan sesuatu yang indah menurut kita, tetapi sebenarnya itu adalah sesuatu yang buruk. Atau mungkin sesuatu yang jelek menurut pandangan kita, tetapi bisa jadi itu adalah sesuatu yang terbaik buat kita. Allah lebih tahu tentang semua itu, maka bersyukurlah karena Allah telah memberikan jalan hidup yang begitu indah pada kita.
Nikah bertujuan untuk menjaga keberlangsungan eksistensi manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengangkat manusia sebagai khalifah-Nya, wakil-Nya, dan mandataris-Nya di muka bumi ini. Untuk terus memelihara dan melanjutkan risalah-Nya maka Allah meminta kita untuk memperhatikan, memelihara dan membina keturunan. Jalan halal yang ditempuh untuk memperoleh keturunan adalah dengan menikah. Firman Allah dalam surat An Nisaa’ ayat 9:
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُواْ مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافاً خَافُواْ عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللّهَ وَلْيَقُولُواْ قَوْلاً سَدِيداً
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar." (An Nisaa’: 9)
Dengan menikah diharapkan akan lahir generasi-generasi baru yang dapat melanjutkan amanat-amanat Allah dan risalah Nabi-Nya. Menikah adalah memperjelas nasab atau keturunan. Tanpa pernikahan dapat dibayangkan banyaknya anak-anak yang lahir tanpa nasab yang jelas, siapa ayahnya dan siapa ibunya?
Pernikahan bertujuan untuk membentuk sebuah keluarga yang sakinah. Keluarga adalah tempat yang pertama sekaligus utama untuk membentuk generasi yang shalih. Ia adalah tempat untuk menanamkan bibit-bibit unggul generasi masa depan demi kejayaan Islam dan kaum Muslimin. Dan masih banyak lagi keutamaan-keutamaan yang akan didapat dari sebuah pernikahan.
Jadi... Kapan mau menikah...?! J
Allahumma Barik lahuma fi khairin. Rabbana Hab Lana min azwajina wa zurriyyatina qurrata a’yun waj’alna lilmuttaqina imama. Rabbana Atina Fiddunya hasanah wa fil akhirati hasanah waqina azabannar.
No comments:
Post a Comment