Apabila saya ingin mengubah keadaan, saya harus mengubah diri saya lebih dahulu, dan untuk mengubah diri saya secara kreatif, saya lebih dahulu harus mengubah persepsi saya (Stephen R. Covey)
Jangan tunda lagi untuk menjadi penulis!Apakah tulisan saya sudah layak dibaca orang? Sudah layakkah saya menjadi penulis? Pertanyaan-pertanyaan itu sering kali muncul dalam benak saya. ketika ingin mengurai kata-kata dalam sebuah buku atau selembar kertas. Dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan itu terkadang pikiran saya mandek, tangan menjadi kaku untuk merangkai kata-kata, saya tidak pede mempublikan tulisan saya pada orang lain, takut tidak dapat dipahami, takut dikritik, bahkan takut dicemooh.Dalam kegundahan itulah, saya menemukan mata air, yang bagitu bening dan menyejukkan, the 7 Habits of Highly Efective People buku yang di tulis Stephen R. Covey, yang di dalamnya banyak mengandung vitamin dan gizi , sehingga saya mulai terangsang untuk selalu membaca, membaca dan membaca. Saya bangun prinsip, saya bentuk paradigma, kemudian saya mematuhi apa yang sudah menjadi prinsip saya itu, “tak ada hari tanpa membaca.” Apa pun yang ada dihadapan saya, saya baca. Entah itu artikel, kolom, cerpen, puisi, dan buku-buku seperti komik, sastra, filsafat, teologi, fiqih, bahasa, tafsir dan lain-lain. Saya tidak memilih-memilih bacaan, yang penting, hari-hari saya penuh dengan aktivitas membaca dan membaca.Beberapa tahun kemudian, saya “jenuh” dengan membaca, karena apa yang saya baca, sepertinya sia-sia. Namun, saya teguhkan dalam hati akan prinsip yang pernah saya bangun, dan saya selalu berusaha untuk tidak berhenti membaca, karena berhenti membaca berarti menghentikan hidup yang sebenarnya.Tidak beberapa lama, tangan saya mulai gatal, apa yang ada dalam pikiran saya mulai ingin tumpah, kemudian saya gerakkan tangan saya untuk menulis, menulis apa saja yang ada dalam pikiran saya. Sebagaimana pesan J.K. Rowling, “Mulailah dengan menuliskan hal-hal yang kau ketahui. Tulislah tentang pengalaman dan perasaanmu sendiri.”.Saya tulis semua apa yang mengganjal dalam hidup, perasaan, dan pikiran saya. dari sanalah saya sedikit demi sedikit dapat merasakan bahwa saya bisa, kemudian saya dirangsang oleh perkataan Henry David Thoreau, “saya tidak tahu fakta lain yang lebih membesarkan hati selain kemampuan manusia yang tidak diragukan untuk dapat meningkatkan kehidupan melalui upaya yang disadarinya.”. saya menjadi yakin, bahwa saya punya potensi, dan setiap orang punya potensi, mengapa saya harus sia-siakan potensi itu. Saya jadi teringat kata-kata guru saya, ketika saya masih duduk di kelas enam MI, “Diri Anda adalah hadiah paling berharga yang Allah berikan pada Anda maka carilah, galilah, ledakkanlah, bongkarlah diri Anda maka Anda akan menemukan keajaiban dalam diri Anda, apa bedanya Anda dengan mereka yang hebat?, mereka manusia, mereka mempunyai hati, pikiran, jasad sama dengan Anda, kalau mereka bisa mengapa Anda tidak?”. Kata-kata ini sungguh menghentakkan saya, kata-kata yang cukup bergizi dan bervitamin, mengapa saya harus minder untuk berproses menjadi penulis handal.Gairah untuk menulis semakin kuat, saya memulai menulis dan menulis, menumpahkan apa yang ada di benak saya, karena syarat untuk bisa menulis menurut Kuntowijoyo ada tiga; pertama menulis, kedua menulis, ketiga menulis. Kemana-mana selain membawa buku bacaan, saya tidak lupa membaca balpoin dan buku tulis atau note book untuk menumpahkan apa yang di dapat dari membaca, merenung, kontemplasi dan analisa, atau mungkin ada ide-ide yang bermunculan secara tiba-tiba.Ternyata, tidak ada orang yang tidak pantas untuk tidak menjadi penulis, setiap orang berpotensi untuk menjadi penulis, penulis apa saja sesuai dengan bakat atau keinginannya. Kalau orang yang sering berimajinasi dan mengungkapkan kata-katanya dengan bahasa yang indah, ia bisa menjadi penulis puisi, kalau ia sering mengamati lika-liku hidupnya atau hidup orang lain, ia bisa menjadi penulis cerpen, orang yang sering mengamati keadaan dengan kritis mungkin bakat menjadi kolumnis dan lain-lain. Artinya tidak ada orang yang tidak pantas untuk tidak menjadi penulis, asalkan punya kemauan, kesungguhan dan kerja keras, sehingga menulis menjadi kebiasaan [habit]. Sthepen King tidak percaya, bahwa penulis bisa dibuat, baik oleh keadaan atau oleh keinginannya sendiri. Ia menjadi penulis, karena ada keinginan untuk menulis, dan ia lakukan setiap ada kesempatan untuk menulis, menulis apa saja, saat tangannya gatal dan inspirasinya mau muntah.Tentunya kebiasaan menulis tidaklah langsung jadi, tapi harus melalui tahapan-tahapan atau proses sehingga menjadikan menulis sebuah kebiasaan. Stephen R. Covey. mendivinisikan habit atau kebiasaan sebagai titik pertemuan antara pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan keinginan (desire).Ketika seseorang sudah mempunyai pengetahuan, informasi dan ide. Maka seringkali pengetahuan itu, ia ingin ungkapkan baik lisan atau tulisan, namun kebanyakan orang mengungkapkan idenya atau pengetahuaannya lewat lisan bukan tulisan. Namun, jika ia ingin mengalihkan pada tulisan sebenarnya tidaklah terlalu sulit, asalkan ia berusaha untuk terus menulis sehingga menjadi skill, kalau sudah menjadi keterampilan maka ia akan mudah untuk menuliskan apa saja, karena ketika ada ide kemudian tidak di tuliskan ia merasa kurang nyaman. Kemudian ada keinginan yang kuat untuk menulis. Kalau seseorang mempunyai pengetahuan dan ia juga memiliki keterampilan namun tidak ada keinginan untuk menulis maka ia tidak akan pernah mencoret lembaran-lembaran putih itu menjadi ungkapan yang tertata rapi. Sehingga, ide-idenya lenyap ditelan masa.Kata Hernowo; Membaca dan menulis-----MENGIKAT MAKNA Ikatlah membaca Anda dengan menulis, dan menulislah Anda setelah membaca maka Anda akan cerdas. “MEMBACA KEMUDIAN MENULIS DAN MENULIS SESUATU SETELAH MEMBACA ADALAH PROSES “MENGIKAT”.Menulis itu mudah!Menulis tidaklah sulit, bagi orang mempunyai kemauan keras untuk menulis. Menulis hanyalah merangkai kata, kalau kata itu dirangkai setiap hari maka ia akan jadi kalimat, kalau kalimat demi kalimat ia susun maka akan menjadi paragraf demikian seterusnya, sehingga menjadi sebuah wacana yang dapat di konsumsi banyak orang.Hanya saja yang menjadi persoalan adalah, maukah kita merangkai kata? Kita punya keinginan untuk merangkai kata, namun apa yang akan kita rangkai? ini juga menjadi persoalan. maka membacalah apa saja yang Anda ingin baca, bacalah buku bacaan yang menyenangkan sehingga Anda ingin sekali menyelesaikan bacaan itu dan dapat mengambil mamfaat dari apa yang sudah Anda baca. Maka jelas, tidak akan ada menulis tanpa membaca, dan membaca tidak akan berkembang tanpa menulis. Maka membaca-menulis, menulis-membaca tidak dapat dilepaskan. COBALAH!. Hernowo pernah SMS saya, yang isinya “Anda tak lemah menulis. Anda sekarang sudah mengisi PIKIRAN Anda, dengan sesuatu yang berkaitan dengan membaca dan menulis. Cobalah sekarang menjadikan apa yang ada di pikiran Anda sebagai TINDAKAN. Menulislah saat ini juga. Apa yang ditulis! Yang ditulis adalah YANG ANDA BACA dari buku-buku saya. Pelan-pelan saja. Biasakan setiap hari 10-15 menit.”Pada kesempatan lain, Ia mengirim SMS lagi, “Anda pasti bisa menulis. Buktinya saya dulu juga tidak bisa menulis dan bahkan tersiksa jika menulis. Saya baru bisa buat buku ketika usia sudah 44 tahun. Jadi, membacalah buku yg menyenangkan diri Anda. Saya yakin Anda bisa menulis, saya bisa menulis karena banyak membaca, dan buku yang saya baca bukan buku yang MENYIKSA saya.”Hernowo penulis buku, Andai buku itu Sepotong Pizza, Main-Main dengan Teks Sembari Mengasah kecerdasa Emosi, Vitamin T, Mengikat Makna; Kiat-Kiat Ampuh Untuk Melejitkan Kemauan Plus Kemampuan Membaca dan Menulis, Quantum Writing, Quantum Reading, Self-Digesting dll, ia merupaka penulis produktif dalam dekade ini, tulisannya tersebar di mana-mana, karirnya terus memuncak, dari staf redaksi Mizan sampai sampai General Manager Editorial Penerbit Mizan. Haidar Baqir dalam pengantar buku “Mengikat Makna” berkata, “Pekerjaannya sebagai salah seorang staf redaksi Mizan, kemudian manajer keredaksian, dan akhirnya General Manager Editorial Miza, hanyalah makin memperkuat kecintaannya ini (menulis dan membaca). Tugasnya sehari-hari mendorongnya untuk merumuskan “gaya selingkung” (style book) Mizan. Rupanya, dia makin merasa betapa pentingnya kemampuan menulis yang baik”. Kapan Hernowo mulai produktif dan membuat buku? setelah ia berumur 41 tahun, dia yang tidak punya cita-cita menjadi penulis ternyata mampu melejitkan dirinya menjadi penulis handal.Pendiri MLC itu, pernah mengirim ke Email saya “Imilah_zudn@ Yahoo.com”, “Salam, Senang sekali dapat membaca kiriman email Anda ini. Silakan klik http://www.mizanlc.com/ jika masih ingin membaca tulisan saya yang lain. Saya dapat melejitkan kemauan dan kemampuan saya menulis secara teratur dan terarah itu ketika usia saya melewati 41 tahun. Jika saat ini Anda belum berusia 40 tahun, Anda pasti bisa seperti saya. Saya perlu waktu 15 tahun untuk bisa seperti sekarang ini. Saya yakin, jika Anda mengikuti saran-saran saya di buku-buku saya, Anda tak perlu waktu yang sangat lama. Mungkin setahun sudah bisa seperti saya. Mulanya saya menulis untuk "penyembuhan". Saya menulis untuk menata pikiran saya yang kadang kacau, untuk membuat tekanan-tekanan hidup, dan untuk mengungkapkan gagasan-gagasan saya secara bebas. Saya mengikuti metode menulis "opening up"-nya psikolog Pennebaker, freewriting-nya Bobbi De Porter, dan mind mapping-nya Tony Buzan, dan banyak lagi yang sudah saya jelaskan di buku-buku saya. Lalu saya menemukan konsep "mengikat makna" yang prinsipnya tak bisa kita hanya melakukan membaca saja dan menulis saja. Dua kegiatan ini harus dipadukan agar kita langsung dapat merasakan manfaat membaca dan menulis. Itulah beberapa hal yang membuat saya dapat melakukan kegiatan baca-tulis yang memberdayakan diri saya. Saya merasakan bahwa kampus-kampus kita kehilangan gairah dalam mendorong para dosen dan mahasiswanya untuk membaca dan menulis guna memberdayakan diri. Saya tak tahu kenapa?.Bagi siapa pun yang punya syahwat dan nafsu menulis, menulislah sekarang juga, Anda pasti bisa, jangan pernah ditunda, karena jika Anda menunda untuk menulis berarti Anda menunda untuk menjadi penulis. Menurut Sthephen King “ketika seorang penulis hanya menunggu, maka sebenarnya ia belum menjadi dirinya sendiri,”. “kita tidak harus menunggu datangnya inspirasi itu, kita sendirilah yang menciptakannya,” katanya. Maka untuk menjadi penulis, dibutuhkan kesungguhan, keseriusan dan kerja keras. Tidak ada alasan untuk tidak ada ide, karena kemandekan kita itu adalah ide, ketidak tahuan kita itulah juga ide, maka tulislah kemandekan itu. mengapa mandek, tulislah karena nantinya akan menjadi solusi kemandekan ide tersebut.Cara MenulisDi bawah ini saya akan paparkan cara menulis-gaya Accelerated Learning. Sebagaimana dalam buku Quantum Writingnya HernowoDalam menulis yang harus diperhatikan pertama kali adalah “apa”, lalu “bagaimana”. Dan yang paling penting adalah isi dari apa yang kamu tulis. Dalam artian, Anda memang menulis karena kepentingan isi itu.Agar Anda tidak kaku dan jenuh, biarkan tulisan Anda mengalir sesuai dengan kemauan ide yang ada di otak Anda, lanjutkan terus kalau masih ada sisa dalam benak Anda, jangan berhenti. Kebenaran tata bahasa jangan dulu diperhatikan, demikian juga keindahan dan gaya. Karena hal itu akan dapat memberhentikan kreatifitas menulis Anda akan berhenti, karena menjenuhkan. Biarkan otak dan tangan Anda terus merangkai kata. Sebenarnya rahasia menulis-super itu adalah cepat dan fasih, baru mengeditnya setelah selesai beberapa tahap. Tidak membiarkan tulisan Anda selesai dengan habisnya ide Anda. editlah tulisan Anda agar Anda terbiasa untuk meneliti dan memperbaiki tulisan Anda sendiri. Maka jika Anda biasa mengedit tulisan Anda, Anda akan lebih jeli membaca tulisan orang lain.Pemetaan kreatifAda beberapa langkah yang disarankan dalam penulisan dengan gaya Accelerated Learning sebagaimana berikut :1.Bukalah catatan atau buku referensi yang Anda butuhkan.2.Tulislah topik artikel di tengah-tengah lembaran kosong.3.Sekarang biarkan pikiran Anda melakukan asosiasi bebas. Bebaskan pikiran Anda berkelana kesegala penjuru, tulislah terus. Jangan berhenti, terus gali kalau masih ada. Karena pikiran pertama itu gamblang, susullah dengan pikiran-pikiran yang lebih mendetail dan mendalam.4.Sekarang, amatilah peta pikiran Anda dengan cermat.5.Buat lagi peta kreatif lain, kali ini pilahlah kelompok gagasan yang lebih besar, sehingga dapat dikembangkan kembali.Menulis dengan bebasSetelah memperhatikan peta yang ada di hadapan Anda, renungkan dan pilah-pilahlah gagasan besar dengan sup gagasan. Sekarang menulislah, apa yang Anda ingin tulis setelah Anda membaca peta yang ada di hadapan Anda. Ingat jangan pedulikan tata bahasa atau gaya, yang penting menulis semua gagasan yang muncul. Tulisan yang baik mencakup 40 % penelitian 20 % menulis, dan 40 % revisi. Tidak ada orang yang pernah menulis sesuatu yang berharga tanpa setidaknya pernah merevisi walau hanya satu kali. Refleksikan diri Anda, merenunglah sejenak setelah Anda menulis, mungkin Anda menemukan tambahan-tambahan gagasan, mungkin ada bagian-bagian yang hilang dari otak Anda sehingga Anda perlu mengingatnya. Kalau sudah tulislah, ini perlunya perenungan atau inkubasi.Mengedit TulisanSetelah jadi beberapa jam atau satu malam kembalilah pada tulisan Anda, kemudian editlah!!.Sekaranglah, untuk menyadari gaya, sekaranglah, waktunya untuk bersikap kritis. Biasanya pagi-pagi cocok untuk menyunting, karena kebanyakan orang belum melakukan aktifitas yang melelahkan dan masih dalam kondisi prima sehingga pikiran lebih jernih, dan lebih dapat berkonsentrasi dengan tulisan.Kritisi selalu tulisan Anda, dengan sudut pandangan orang lain, baik argumen dan lainnya. Teruslah cari kelemahan tulisan Anda, seakan-akan Anda adalah pembaca kritis bagi tulisan Anda. Tulisan yang bagus biasanya bernada seperti mengobrol. []“Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis.” [syeikh Imam Al-Ghazaly]Selamat Menjadi Penulis!!!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment