Sabda Nabi saw., “Akan datang kepada kalian masa yang penuh dengan tipudaya; ketika orang-orang akan mempercayai kebohongan dan mendustakan kebenaran. Mereka mempercayai para pengkhianat dan tidak mempercayai para pembawa kebenaran. Pada masa itu, ruwaibidhah akan berbicara.” Mereka bertanya, “Apakah itu ruwaibidhah?” Rasulullah berkata, “Ruwaibidhah adalah orang-orang bodoh (yang berbicara) tentang urusan umat.” (HR Ibnu Majalah dari Abu Hurairah ra.).
Hadis di atas telah begitu lama disampaikan Rasulullah saw. Na’ûdzubillâh. Semoga itu tidak terjadi pada masa kita sekarang. Namun, kita pantas khawatir, sebab apa yang disebut Rasullah saw. itu mirip dengan masa kita sekarang, terutama dalam dunia politik kita—penuh tipudaya dan kebohongan. Muncullah ‘politisi salon’ yang dikemas agar bercitra positif. Dalam iklan politik dengan biaya ratusan miliar, sang politisi karbitan dikemas tampak full senyum, digambarkan merangkul rakyat, membela rakyat, prihatin terhadap rakyat; tak lupa ditutup dengan kata-kata menarik penuh tipuan: ‘hidup adalah perbuatan’, ‘there is a will, there is a way‘, ‘save our nation‘, dan slogan indah lain yang menipu.
Padahal semua pihak tahu, mereka sesungguhnya tidak pernah memihak rakyat. Bagaimana dikatakan memihak rakyat, saat BBM naik, sang politisi dengan dukungan kelompok liberalnya malah membuat iklan satu halaman penuh di media masa nasional yang isinya mendukung penuh kenaikan BBM. Padahal naiknya BBM nyata-nyata telah menyengsarakan masyarakat. Mereka bicara ’save our nation’, padahal justru selama ini mereka menjual negara ini (sell our nation).
Para pejabat yang memerintah pun tidak jauh beda. Menaikkan BBM dikatakan untuk kepentingan rakyat. Dibuatlah program-program palsu untuk menunjukkan seakan sang penguasa memihak rakyat. Ada BLT (bantuan langsung tunai ), ada BOS untuk pendidikan sampai obat murah. Namun, semuanya adalah penyesatan . Bantuan tersebut tidak sebanding dengan beban masyarakat yang bertambah puluhan kali lipat akibat kebijakan Pemerintah menaikkan harga BBM yang pro liberal.
Yang pantas kita khawatirkan, berdasarkan hasil poolling (mudah-mudahan tidak mencerminkan yang sesungguhnya), rakyat sepertinya masih mendukung politisi yang menipu tersebut. Seorang mantan presiden berada pada urutan puncak calon presiden pilihan rakyat berdasarkan poolling. Padahal saat memerintah sang mantan presiden paling getol juga menjual kekayaan alam negara. Saat memerintah sang mantan presiden juga tidak serius berpihak kepada rakyat. Kita khawatir rakyat kita mengalami ‘amnesia politik’; gampang lupa atau tertipu dengan iklan yang manis sehingga mendukung kembali para pengkhianat itu.
Rasulullah saw. memperingatkan kita dalam masa penuh daya itu muncul ruwaybidhah: orang-orang bodoh yang berbicara tentang urusan umat. Na’ûdzubillâh. Mereka disebut orang-orang bodoh bukan karena pendidikan mereka rendah. Mereka bodoh karena mengatur urusan rakyat berdasarkan sistem Kapitalisme yang jelas-jelas tidak akan pernah mensejahterakan rakyat. Sistem Kapitalisme justru memiskinkan rakyat dan menjadi penyebab dirampoknya kekayaan alam kita. Namun, mereka justru mempraktikkan sistem bangkrut ini.
Kebodohan mereka juga tampak jelas ketika mereka menyerahkan urusan rakyat ini kepada asing dan bergantung kepada asing. Padahal sudah jelas-jelas negara asing itu adalah negara imperialis, penjajah, dan perampok nyata. Mereka dengan rela tunduk diatur oleh IMF dan Bank Dunia. Mereka patuh bahkan bangga saat diberikan utang luar negeri. Padahal nyata-nyata utang itu membebani negara dan membuat negara itu gampang didikte oleh asing. Demi IMF, mereka ngotot mengurangi subsidi kepada rakyat dan menjual kekayaan alam dengan alasan privatasi. Mereka memberikan jalan seluas-luasnya kepada asing untuk menjajah negara ini. Ironisnya, penjajahan ini dilegalisasi dengan keluarnya banyak UU yang pro liberal seperti UU Migas, UU Penanaman Modal, UU Kelistrikan dan lainnya.
Kita khawatir saat ini para ruwaybidhah sedang merajelela. Karena itu, kita sekarang membutuhkan negarawan sejati. Negarawan sejati itu menurut Syaikh Abdul Qadim Zallum dalam kitab Al-Afkâr as-Siyâsiyyah hanya muncul kalau sang negarawan memiliki pandangan ideologi yang sahih, yakni Islam. Ideologi inilah yang akan mengantarkan rakyat pada kesejahteraan dan kemakmuran yang hakiki sekaligus diridhai Allah Swt.
Namun, ideologi Islam akan dirasakan secara nyata kehadiran dan kebaikannya setelah menjadi hadhârah (peradaban), yakni ketika seluruh aturan Islam diterapkan oleh negara. Saat itulah akan lahir ribuan orang yang berkualitas negarawan. Mereka ditempa dengan akidah Islam. Mereka berpolitik untuk mengurus rakyat dengan amanah. Mereka juga kokoh menerapkan syariah Islam untuk mensejahterakan rakyat, menjaga keamanan rakyat serta melindungi orang-orang lemah dan miskin.
Negarawan sejati, Khalifh Umar bin al-Khaththab ra. sangat memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Ia pernah memanggul sendiri gandung dari Baitul Mal sekaligus memasaknya langsung saat menyaksikan ada seorang ibu yang anaknya menangis karena kelaparan. Khalifah Umar ra. gemetar tubuhnya, dan pucat mukanya melihat itu semua. Ia tahu, ia akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah Swt. pada Hari Akhir nanti. Ia bahkan pernah berkata, “Andaikan ada seekor keledai di wilayah Irak yang kakinya terperosok di jalan, aku takut Allah Swt. akan meminta pertanggungjawabanku karena tidak memperbaiki jalan tersebut.” Subhânallâh. Hewan yang terporosok saja sangat dikhawatirkan oleh Khalifah, apalagi rakyat yang kelaparan.
Ada pula Khalifah al-Mu’tashim yang pernah mengirim puluhan ribu pasukan ‘hanya’ untuk menyambut teriakan minta tolong seorang Muslimah di wilayah Romawi yang dinodai oleh seorang kafir. Saat itu puluhan ribu pasukan Romawi terbunuh dan puluhan ribu lainnya ditawan.
Ada pula Khalifah Umar bin Abdul Aziz, yang pada masa pemerintahannya yang singkat, rakyat bisa hidup sejahtera hingga negara kesulitan menemukan orang-orang yang berhak menerima zakat.
Terlalu banyak untuk diungkap kisah-kisah negarawan sejati seperti di atas. Yang pasti, mereka lahir sepanjang zaman Kekhilafahan Islam, yang menerapkan syariah Islam secara total dalam seluruh aspek kehidupan. [Farid Wadjdi]
No comments:
Post a Comment