Dr. Imran Waheed, London-UK
Hizbut Tahrir dalam langkah-langkah perjuangannya selalu berpegang pada metode Rosulullah saw. Siapa saja yang menjadikan Rasul sebagai contoh teladan, akan dapat melihat bagaimana Rasulullah saw. beserta kelompoknya dari para sahabatnya berjuang melawan seluruh kebatilan dan menghadapi segala rintangan dalam rangka meninggikan agama Allah Swt. di muka bumi dengan mendirikan negara Islam di Madinah.
Siapapun yang membaca sejarah perjuangan Rasulullah saw. dan ingin mengikuti langkah-langkah beliau tidak akan mempersoalkan 13 tahun lamanya beliau berjuang, tetapi bagaimana beliau dengan partai politiknya yang beranggotakan para sahabat beliau berhasil mendirikan negara Islam. Metode inilah yang juga diadopsi oleh Hizbut Tahrir.
Dengan metode inilah kaum Muslim dapat menegakkan negara Khilafah selama 1400 tahun. Metode ini mampu mengguncang singgasana para raja /kepala Negara yang zalim sekaligus mendorong umat Islam berkeinginan mengembalikan kemuliaan mereka di tengah-tengah kehidupan di dunia dan akhirat. Mereka yang menginginkan tegaknya kembali negara Khilafah dan perubahan secara radikal tentu harus mendedikasikan diri mereka untuk mempelajari dan mendalami metode ini serta menerapkannya tanpa penyimpangan sedikitpun.
Atas izin Allah, Rasulullah saw. telah membentuk partai politik. Sesungguhnya politik bersumber dari Sunnah Rasulullah. Bukankah Rasulullah pernah berkata kepada orang-orang Quraisy, “Aku akan memberi kalian satu pernyataan yang akan menjadikan kalian penguasa bagi bangsa Arab dan orang-orang selain Arab.”
Ketika ditanyakan pernyataan apa itu, Rasul saw. menjawab, “Katakan, ‘Lâ ilâha illâ Allâh, niscaya kalian akan mendapatkannya.”
Jika ini dikatakan bukan politik dan bukan pula sebagai aktivitas politik, lalu mau disebut apa?
Membentuk Partai Politik
Ayat yang pertama kali diturunkan kepada Rasulullah saw. adalah sebuah ayat yang membantah dengan sangat fundamental sendi-sendi kehidupan masyarakat Makkah yang telah mapan:
]اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ %خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ[
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang menciptakan; Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (QS al-Alaq [96]: 1-2).
Ayat ini memerintahkan kepada Muhammad saw. dan semua pengikutnya sampai Hari Kiamat untuk membaca, mempelajari, dan melaksanakan kehidupan Islami atas nama Allah; bukan atas nama berhala orang-orang Quraisy atau berhala peradaban Barat, seperti demokrasi dan kebebasan.
Setelah menerima wahyu yang pertama, Rasulullah saw. kembali pulang dan menceritakannya kepada istrinya yaitu Khadijah Ummul Mukminin. Khadijah (ra) berkata, “Setelah (hari) ini tidak akan ada lagi istirahat.”
Dalam mengawali langkah dakwahnya, Rasulullah saw. mendatangi orang-orang terdekat beliau dan secara terang-terangan mengajak orang-orang Makkah untuk masuk Islam. (Lihat: QS al-Mudatstsir [74]:1-2).
Rasulullah saw melakukan kontak dengan orang-orang Makkah dan mengajarkan mereka al-Quran. Satu-persatu dari mereka memeluk Islam, Beliau kemudian memerintahkan kepada mereka yang lebih dulu memeluk Islam untuk mengajarkan al-Quran kepada yang lainnya. Beliau menjadikan rumah al-Arqam bin Abi al-Arqam sebagai pusat pembinaan.
Beliau melakukan aktivitas ini selama 3 tahun, mengajari kelompok kaum Muslim, membimbing mereka dalam shalat, melaksanakan tahajud pada malam hari, memotivasi mereka, memperkuat keyakinan mereka melalui shalat dan zikir, membantu mereka meningkatkan taraf berpikir dan merefleksikan ayat-ayat al-Quran yang diturunkan Allah Swt. Beliau mengajari mereka sikap sabar dalam menghadapi setiap ujian dan cobaan yang sangat berat yang datang dari Allah Swt. Beliau menanamkan keyakinan yang mantap kepada mereka sehingga bekas-bekas kekufuran dan kejahiliahan lenyap dalam diri mereka dan mereka menjadi bersih dengan akidah Islam.
Siapa saja yang ingin mengembalikan tegaknya negara Khilafah harus membentuk partai sebagaimana yang dilakukan Rasulullah saw.; sebuah partai yang mampu menenggelamkan seluruh pemikiran kapitalisme, komunisme, nasionalisme, dan semua yang bertentangan dengan Islam hilang dalam diri anggota-anggotanya. Mereka menjadi orang-orang yang pantas dan layak mengemban dakwah Islam dan mampu memikul beban dakwah. Rasulullah saw. menjadikan para sahabat berubah secara radikal sehingga mereka mampu menahan beban berat yang menimpanya. Rasul menjadikan sahabat Umar bin al-Khaththab dari seseorang yang pernah mengubur anak perempuannya hidup-hidup hingga menjadi seseorang sebagaimana yang di sabdakan Rasulullah saw., “Jika Umar berjalan di sebuah sisi jalan, setan berjalan di sisi jalan yang lainnya.”
Di tangan beliau pula, Abdullah bin Mas‘ud yang kakinya kecil selalu tertiup angin menjadi seseorang yang kakinya jauh lebih kokoh daripada Gunung Uhud; seorang anak berumur 8 tahun, Ali bin Abi Thalib, menjadi seseorang yang berkata—ketika menjawab pertanyaan bagaimana ia bisa memutuskan untuk menerima Islam, “Allah tidak pernah berkonsultasi lebih dulu dengan ayahku ketika Dia menciptakanku. Lalu mengapa aku harus berkonsultasi dengannya untuk menyembah-Nya?!”
Berinteraksi dengan Masyarakat
Setelah Muhammad saw. membentuk partainya bersama para sahabatnya dan membuat perubahan secara radikal, Allah Swt. memerintahkan beliau keluar secara terang-terangan sekaligus menentang pemikiran-pemikiran orang-orang Makkah serta para elit politiknya yang memberlakukan aturan kufur kepada masyarakat Makkah. (Lihat: QS al-Hijr [15]: 94).
Dengan turunnya surat al-Hijr ayat 94, Rasul dan para sahabat turun ke jalan dalam dua barisan. Mereka berjalan mengelilingi Ka’bah sepanjang siang sembari menentang praktik-praktik dari aturan-aturan kota Makkah.
Selanjutnya, Muhammad saw mengambil setiap kesempatan untuk mengungkap kesalahan dari cara pandang hidup yang selama ini dijalani orang-orang Quraisy. Beliau mencela korupsi, mengungkap masalah-masalah sosial, dan menghina berhala-berhala kafir Quraisy.
Siapa saja yang berkeinginan menegakkan kembali negara Khilafah dituntut untuk mengikuti metode Rasulullah saw. dalam mengungkap kekeliruan dari pandangan hidup orang-orang kafir, mengkritik praktik-praktik ekonomi di masyarakat, dan menghinakan sendi-sendi kehidupan masyarakat Barat yang di propagandakan ke seluruh Dunia Islam. Itulah yang telah dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabat.
Kaum Muslim hendaknya membaca ayat:
]وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ[
Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (QS al-Mutaffifin [83]: 1).
Hari ini kaum Muslim harus menentang praktik-praktik ekonomi yang korup seperti pasar bebas. Sekadar menyebut contoh, bahwa Hizbut Tahrir menerbitkan booklet yang mengkritik anggaran pemerintah Sudan dan booklet yang menjelaskan latar belakang kehancuran pasar-pasar modal di Timur-Jauh.
Partai politik Muhammad saw menantang para pemimpin Quraisy. Sebagai contoh, ketika Hamzah memeluk Islam, dia berhadapan dengan Abu Jahal sambil menantangnya dengan berkata, “Apakah engkau akan menghinakan kemenakanku (Muhammad) setelah aku menjadi pengikut agamanya?”
Allah Swt. telah menyerang orang-orang zalim, seperti dalam firman-Nya:
]تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ[
Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. (QS al-Masad [111]: 1).
Hari ini pun, kita harus bangkit melawan kekuasaan politik yang zalim di negeri-negeri Muslim, seperti halnya rezim raja Abdullah dari Yordania dan rezim Karimov dari Uzbekistan, sekaligus memperlihatkan kekeliruan dari cara pandang hidup dan kekuasaan mereka. Tentu, mengungkap aturan-aturan semacam itu adalah salah satu tindakan yang sangat mulia di sisi Allah Swt., karena Rasulullah saw pernah bersabda:
«إِنَّ مِنْ أَعْظَمِ الْجِهَادِ كَلِمَةَ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ»
Sesungguhnya di antara jihad yang paling Utama adalah menyampaikan kata-kata yang adil (lurus/benar) di hadapan penguasa yang lalim. (HR at-Tirmidzi).
Kita juga harus berada di barisan terdepan dalam menghadapi berhala-berhala yang berasal dari Barat, seperti demokrasi dan kebebasan. Sama seperti yang dilakukan oleh partainya Rasulullah saw. yang menghadapi berhala-berhala kafir Quraisy yaitu Latta, Manat, dan Uzza. Para elit politik kota Makkah dan cara pandang hidup mereka terguncang atas perjuangan Muhammad saw dan kelompoknya. Mereka para elit politik Makkah mendatangi Rasul dan menawarkan kepadanya dunia (harta dan kekuasaan) agar Rasul beredia meninggalkan seruannya. Setelah mereka gagal, mereka memburu dan menangkapi orang-orang yang telah memeluk Islam, menganiaya dan menyiksa mereka, memfitnah serta memboikot mereka. Sama halnya dengan kondisi sekarang. Para pengemban dakwah yang ikhlas, yang menjadikan Rasulullah sebagai satu-satunya panutan, diburu dan dikejar-kejar dalam usaha untuk memadamkan cahaya Islam.
]يُرِيدُونَ أَنْ يُطْفِئُوا نُورَ اللهِ بِأَفْوَاهِهِمْ[
Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka. (QS at-Taubah [9]: 32).
Alhamdulillah, partai Rasulullah saw. mampu bertahan dari penganiayaan, penderitaan, dan pemboikotan. Jika tidak ada partai seperti ini, dakwah tidak akan berhasil.
Meraih Kekuasaan
Walaupun semua itu telah dilakukan, Muhammad saw. masih belum dapat mendirikan negara Islam. Karena itu, beliau menghabiskan seluruh upayanya dalam melakukan thalab an-nushrah (mencari pertolongan untuk meraih kekuasaan). Tentu saja tanpa aktivitas thalab an-nushrah dari orang-orang yang memilikinya tidak akan mungkin mampu menegakkan negara, serta menegakkan agama Allah Swt. di muka bumi. Perhatikanlah di semua buku-buku sirah Rasul, Anda akan melihat bahwa beliau menghabiskan waktu selama 3 tahun, pergi dari satu kabilah (suku) yang kuat ke kabilah kuat lainnya, mengajak mereka untuk membantu beliau meraih kekuasaan serta mengimplementasikan Islam. Secara keseluruhan beliau mengunjungi lebih dari 40 suku (kabilah) dengan satu tekad, yaitu mengajak mereka untuk masuk agama Islam dan membantu beliau untuk meraih kekuasaan sehingga Islam dapat diimplementasikan secara menyeluruh.
Muhammad saw. senantiasa mengadakan dialog-dialog dengan kabilah-kabilah (suku-suku) yang ada. Setelah berdialog dengan kabilah Bani Amr bin Sa‘sa‘ah, mereka bertanya kepada Rasul saw. “Siapa yang akan menjadi penguasa setelah engkau?”
Muhammad saw. menjawab, “Allah akan memberi kekuasaan kepada siapa saja yang Dia kehendaki.”
Jelas, bahwa Rasulullah saw. datang kepada mereka meminta pertolongan untuk meraih kekuasan dan mengimplementasikan Islam.
Rasulullah saw. juga meminta kepada kabilah-kabilah lain kekuasaan dari mereka.
Meraih kekuasaan dengan memintanya dari orang-orang yang memilikinya adalah inti dari Sunnah Rasulullah saw. Mengikuti Sunnahnya menuntut kita menjalankan aktivitas thalab an-nushrah untuk meraih kekuasaan dari orang-orang yang memilikinya, dalam rangka mengimplementasikan Islam.
Begitulah metode Rasulullah saw. yang seharusnya kita adopsi dalam rangka menegakkan kembali negara Khilafah. Metode ini telah mampu membangun suatu negara yang hanya dalam tempo puluhan tahun saja telah membuat kerajaan Romawi dan Persia takluk di bawah telapak kaki mereka. Metode ini adalah metode perubahan, bukan metode kompromi dan stagnasi, apalagi ketundukan pada kekufuran. Inilah metode yang memenuhi kehendak Allah, bukan yang memenuhi kehendak penguasa atau masyarakat.[]
No comments:
Post a Comment