Sunday, September 28, 2008

Saatnya Warga Muslim AS Ambil Sikap terhadap Obama

Warga Muslim AS kecewa dengan sikap Barack Obama-kandidat presiden AS dari Partai Demokrat- yang bersikap apatis terhadap keberadaan warga Muslim yang ingin mendukung dirinya. Padahal jumlah warga Muslim yang memiliki hak suara dalam pemilu presiden AS bulan November mendatang, cukup signifikan.

Melihat sikap apatis Obama, sejumlah warga Muslim di AS mulai berpikir untuk melakukan sesuatu agar mata Obama terbuka bahwa suara warga Muslim dalam pemilu presiden di AS tidak bisa diremehkan.

“Warga Muslim perlu membuat Obama tahu bahwa ia harus mendapatkan suara dari kalangan Muslim, ” kata Saaqib Rangoonwala, redaktur pelaksana majalah Muslim InFocus.

Ia menyatakan, biar bagaimanapun para kandidat presiden AS membutuhkan suara warga Muslim Amerika dalam pemilu nanti dan inilah saatnya warga Muslim untuk bersikap.

Rangoonwala menyayangkan sikap Obama yang selama kampanye terkesan menghindari komunitas Muslim. Obama misalnya, lebih sering mengunjungi gereja-gereja dan sinagog dan belum pernah berkunjung ke masjid-masjid di AS untuk berdialog dengan warga Muslim Amerika.

“Warga Muslim juga layak mendapatkan kesempatan berdialog dengan Obama, seperti kelompok-kelompok masyarakat lainnya yang sudah dikunjungi Obama, ” ujar Rangoonwala.

Jumlah warga Muslim di AS saat ini dipekirakan sekitar enam sampai tujuh juta jiwa dari 300 juta jumlah penduduk AS dan lebih dari dua juta Muslim AS terdaftar sebagai peserta pemilu. Menurut survei Pew Forum on Religion and Politics, mayoritas warga Muslim AS, atau sekitar 63 persen adalah pendukung Partai Demokrat dan hanya 11 persen dari jumlah warga Muslim yang mendukung Partai Republik.

Council on American-Islamic Relations (CAIR) menyesalkan sikap Obama yang gagal melakukan pendekatan terhadap warga Muslim. Padahal, kata Ahmed Rehab-direktur eksekutif CAIR Chicago-warga Muslim sangat terkesan dengan isu-isu yang diusung Obama terkait masalah hak asasi manusia, perekonomian, imigrasi, Islamofobia dan perdamaian di Timur Tengah.

Dalam setiap kampanyenya, Obama selalu membanggakan dirinya sebagai pengikut gereja Trinitas-Persatuan Gereja Kristus-dan membantah tudingan bahwa ia sebenarnya seorang Muslim. Padahal ayah Obama yang asli Kenya adalah seorang Muslim, meski akhirnya menjadi seorang atheis. Sedangkan ibu Obama adalah perempuan kulit putih Amerika yang tidak memeluk agama apapun.

Warga Muslim AS asal Minnesota Abdulaziz Al-Salim mengaku sedih melihat sikap Obama, yang seolah-olah takut posisi politiknya hancur jika diasosiasikan dengan Muslim.

No comments: